Sifat Konsumerisme

Konsumen yang dirujuk melalui budaya konsumer dari lensa budaya materi dapat dilihat sebagai konversi atau lebih tepatnya, "perilaku manusia yang mengubah benda-benda untuk tujuan mereka hidup". Begitu banyak orang yang merasa bangga mengikuti trendsetter dengan model terbaru untuk aktualisasi diri atau kelompoknya. Jika ada anggapan bahwa posisi Indonesia semakin strategis dan penting di kawasan Asia bukanlah semata-mata pertimbangan politik saja, tetapi pertimbangan secara ekonomi pun sangat kuat, terutama di dalam menciptakan pangsa pasar bagi produk-produk manufaktur Barat. Hal ini didukung terutama oleh sikap masyarakat konsumen kita yang responsif dan agresif terhadap suatu produk yang di iklankan melalui berbagai media terutama televisi, apa pun dan berapa pun harganya akan di lahap secara rakus.
Terdapat beberapa pendekatan iklan, diantaranya dengan pendekatan gaya hidup (life style) merupakan sebuah alternatif yang dominan saat ini. Bagaimana posisi atau peran sebuah produk dalam sebuah gaya hidup tertentu. Jika tidak menggunakannya, rasanya kurang 'pas' atau tidak percaya diri. Rokok Marlboro diyakini sebagai representasi cita rasa dan gaya hidup 'cowboy' ala amerika; minumnya mesti Coca-cola, lalu celananya mesti merk Levi's dan seterusnya. Selanjutnya semua hal diatas berubah menjadi sebuah keharusan. Jika tidak demikian rasanya kurang 'sreg' atau kurang sempurna. Tuntutan terhadap benda atau asesoris yang homologin inilah yang mendorong perilaku konsumtif.
Rokoknya lelaki merupakan 'key word' sebuah iklan rokok yang segera saja dapat memancing atau menciptakan persepsi bahwa jika merokok merk X maka ia akan merasa sebagai lelaki sejati yang jantan dan macho. Banyak iklan-iklan yang secara tidak sadar mengidentikan pembelinya dengan produknya, misalnya minyak goreng pilihan ibu bijak; sabunnya kecantikan; kendaraannya para eksekutif. Jika tidak menggunakan sabun diatas rasanya belum cantik sehingga kita mesti membelinya dan sungguh tidak bijak kalau ibu-ibu tidak memasak dengan minyak goreng diatas..hmmm
Dorongan untuk mencoba membeli tersebut terjadi pada umumnya secara tidak sadar. Kita pun secara tidak sadar mengkonsumsi produk-produk yang ditayangkan TV.
0 komentar:
Posting Komentar