Badak Sumatera
Nama Ilmiah
Dicerorhinus sumatrensis
Nama Inggris
Sumatran
rhinoceros
Deskripsi
Badak
Sumatera adalah binatang yang paling langka dan paling terancam punah di bumi.
Badak sudah diburu sampai mencapai kepunahan dalam 25 tahun terakhir oleh
kelompok-kelompok pemburu.
Badak Sumatera yang
hampir punah
Di
TNKS, populasi badak diperkirakan mencapai 300 ekor pada tahun 1970-an dan pada
awal tahun 1990-an hanya tersisa beberapa ekor saja. Sekarang badak dilindungi
oleh jagawana khusus yang melakukan patroli terus menerus, tapi mungkin
diperlukan waktu beberapa abad untuk mengembalikan populasinya.
Badak
Sumatera, yang paling berbulu dan ukurannya paling kecil di antara badak-badak
lain yang ada di dunia, juga merupakan badak yang paling tua. Para
ilmuwan memperkirakan bahwa jenis ini mungkin merupakan nenek moyang semua
jenis badak lain di dunia.
Berbeda
dengan badak Jawa, Badak Sumatera memiliki dua tanduk (salah satunya sangat
kecil sehingga hampir tidak terlihat) dan hanya memiliki satu lipatan kulit
(dibandingkan tiga lipatan pada badak Jawa). Tanduk badak, yang menjadi sasaran
perburuan adalah kulitnya, dan bukan tulangnya, dan dapat tumbuh kembali jika
mengalami kerusakan.
Laporan
yang menyatakan bahwa tanduk badak digunakan sebagai pembangkit birahi adalah
salah - penggunaan yang sebenarnya dalam pengobatan tradisional adalah untuk
mengurangi demam, menyusutkan tumor dan menyembuhkan patah atau retak tulang.
Untuk semua kebutuhan ini, sebenarnya tanduk rusa atau tanduk kerbau mungkin
akan lebih efektif, menurut pendapat para praktisi obat tradisional Cina.
Masa hidup
|
Dalam kurungan dilaporkan pernah mencapai 33 tahun. Kalahiran
terakhir di alam yang diketahui terjadi pada tahun 1872 dan hampir semua
upaya untuk menangkarkan selama ini gagal.
|
Masa Kehamilan
|
Dilaporkan selama 390-395 hari (dalam kurungan). Bayinya,
seperti tapir kerabatnya di Amerika Selatan, lahir dengan garis-garis yang
kemudian menghilang pada umur 2 bulan.
|
Ukuran
|
Panjang kira-kira 2,5 m dan tinggi pada bahu kira-kira 1,3 m.
|
Kedewasaan
|
Menjadi dewasa penuh pada umur kurang lebih 25 tahun.
|
Habitat
|
Di TNKS umumnya hidup di hutan dataran rendah sampai hutan
perbukitan tetapi kadang-kadang dijumpai pada ketinggian 1800 m atau lebih.
Suka berkubang di lumpur, umumnya di puncak-puncak bukit, yang penting untuk
memelihara kondisi kulitnya dan kubangan ini juga menjadi pusat kegiatan
sosial, tampaknya lebih menyukai hutan perbukitan (300-1000 m). Sangat
menyukai air dan tidak kesulitan hidup di tempat-tempat yang berlereng curam.
|
Makanan
|
Pepagan, daun muda, tunas, buah-buahan, ranting muda dan juga
jahe-jahean.
|
Pemangsa Utama
|
Manusia.
|
0 komentar:
Posting Komentar