Jika ada yang layak disebut sejarah, maka sejarah bangsa Indonesia tak lain adalah deretan cerita tentang penindasan, eksploitasi, dan penipuan. Oleh bangsa asing atau bangsa sendiri, oleh kapitalis asing atau kapitalis pribumi.
Oleh karenanya, segala gerak perlawanan harus didasari atas refleksi mendalam terhadap modus operansi penindasan, eksploitasi, dan penipuan itu sendiri. Segala mimpi perlawanan serta pemberontakan yang hanya dilatari oleh semangat akan heroisme tak pelak hanya akan melahirkan sebentuk perjuangan buta yang akan dipastikan akan berakhir sia-sia. Karena kekuadaan itu begitu nyata adanya, yang untuk menghadanggnya dibutuhkan lebih dari semangat dan kata-kata.
perjuangan membutuhkan semangat dan idealisme, karena hal itulah yang membuat kita sanggup bertahan di segala macam keadaan. Namun perjuangan juga melerlukan pembacaan atas kemungkinan, karena hanya pembacaanlah yang bisa membuat kita terhindar dari mimpi-mimpi naif kekanak-kanakan. Revolusi adalah praktek, dan tugas pergerakan adalah menyusun teori revolusi yang masuk akal dan membumi—sebagai arahan untuk melancarkan pembebasan dan emansipasi. Untuk kelas tertindas, dalam konteks ketertindasannya masing-masing.
Atas dasar itulah, degenap kaum muda pergerakan Front Perjuangan Pemuda Indonesia meneguhkan diri untuk “mendidik rakyat dengan pergerakan, mendidik penguasa dengan perlawanan.” Kebenaran hartus terus dinyatakan, dan orang-orang harus segera dibangunkan; untuk bersati melawan penindasan, eksploitasi, dan penipuan, yang sejak proklamasi 17 Agustus 1945 tak henti-hentiya menggenangi setiap segi kehidupan bangsa Indonesia tercinta. Segala praktek kolonialisme, imperialisme, dan otoritarianisme harus diusir dari tanah, air, dan udara negeri ini, dan jangan pernah membiarkannya untuk kmbali.
Sejarah sebagai siklus penindasan harus segera diakhiri. Apa yang selama ini tampil di negeri ini dan dunia dewasa ini -- yakni eksploitasi manusia atas manusia, eksploitasi negara atas rakyatnya, serta eksploitasi bangsa satu atas bangsa yang lainnya – harus disudahi, demi tegaknya dilai-dilai kemanusiaan dan keadilan yang selama ini teringkari.
“ Mendidik Rakyat dengan Pergerakan,
Mendidik Penguasa dengan Perlawanan”
Sabtu, 29 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar