Template by:
Free Blog Templates

Jumat, 18 November 2011

Menelusuri Jejak Orang Utan di Tengah Kepungan Kebun Kelapa Sawit


Menelusuri Jejak Orang Utan di Tengah Kepungan Kebun Kelapa Sawit



Jakarta - Dugaan pembantaian orang utan Kalimantan jenis Morio (Pongo Pygmeus Morio) di kawasan kebun sawit di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, menjadi isu menarik hampir di semua media massa. Hewan primata dilindungi dunia internasional itu diburu dan dibunuh lantaran dianggap sebagai hama.

Pemberitaan disertai berbagai dokumentasi foto yang beredar dan dikantongi aparat BKSDA Kaltim dan Polres Kutai Kartanegara, mengerucut ke areal perusahaan sawit PT Khaleda Agroprima Malindo (KAM), anak usaha Metro Kajang Holdings Berhad.

Lokasi perkebunan sawit PT KAM, di Desa Puan Cepak, Kecamatan Muara Kaman, Kutai Kartanegara, berjarak ratusan kilometer sehingga harus ditempuh selama 4 jam dengan menggunakan kendaraan roda empat dari Ibukota Provinsi Kalimantan timur, Samarinda. Tidak sedikit kondisi jalan rusak dan terjal serta debu pekat, di sepanjang perjalanan dari Kecamatan Sebulu menuju Kecamatan Muara Kaman, Kutai Kartanegara.

Areal tanam sawit PT KAM seluas 16.000 hektar, berbatasan langsung dengan areal HTI (Hutan Tanam Industri) PT Surya Hutani Jaya (SHJ). Sebelum memasuki areal PT KAM, terlebih dahulu melalui pos keamanan PT SHJ. Pun demikian, 2 pos berikutnya juga harus dilewati hingga akhirnya memasuki areal PT KAM.

Di sepanjang jalan menuju kantor pusat operasional PT KAM, yang terlihat hanyalah kepungan ribuan tanaman sawit. Truk-truk pun terlihat lalu lalang menyisakan debu pekat sambil mengangkut tandan sawit untuk diolah lebih lanjut.

Areal sawit yang berbatasan langsung dengan areal HTI, memunculkan rasa ingin tahu untuk melihat kehadiran si Pongo Pygmeus Morio (orang utan Kalimantan jenis Morio) berada di kebun sawit. Namun sayang, rasa ingin tahu itu pun harus sirna melihat tidak ada satu pun orang utan yang disebut-sebut merusak tanaman sawit, berada di perkebunan sawit. Terus memasuki areal PT KAM, tidak hanya memilik kebun sawit, PT KAM bahkan juga memiliki pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO) atau lebih dikenal dengan minyak sawit.

Meski dahulunya sebagian kawasan kebun sawit terdapat habitat orang utan, namun sejak beroperasi, PT KAM tidak memiliki buffer zone khusus untuk kelangsungan habitat satwa. Manajemen menilai, mengingat kawasan sawit berbatasan dengan kawasan HTI dan Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK), makan areal buffer zone secara khusus pun dianggap tidak perlu.

"Kita berbatasan dengan HTI dan memililki KBK. Buffer zone gunakan KBK. Mungkin orangutan ada di HTI dan KBK," kata Humas PT KAM, Mirhan, didampingi HR Executive PT KAM, Cholid Irham, dalam perbincangan di kantornya.

Pandangan terus mengamati konstruksi bangunan, yang ada di kantor PT KAM. Ada yang berbeda dengan konstruksi pagar bangunan kem tempat tinggal karyawan PT KAM, setelah tayangan liputan khusus sebuah stasiun televisi nasional beberapa hari lalu.

Dalam tayangan televisi, konstruksi pagar bangunan kem tempat tinggal karyawan, ditopang oleh susunan balok menyilang. Namun fakta Rabu (16/11/2011) kemarin, susunan balok menyilang itu dilepaskan. Padahal sebelumnya, dokumentasi foto yang dimuat di media massa memperlihatkan kondisi orang utan terluka di dalam sebuah bak mobil, memiliki background konstruksi pagar bangunan kem yang menyilang, yang diduga kuat bagunan tersebut adalah bagunan kem PT KAM.

"Saya tidak tahu kapan dibongkar pagar ini. Yang jelas waktu piket malam, balok menyilang ini masih ada. Mungkin pagi tadi dibongkarnya," kata seorang petugas sekuriti PT KAM, dalam perbincangan Rabu (16/11/2011) kemarin.

Ditanya perihal kemiripan bangunan kem dengan yang terlihat di dokumentasi foto itu, tetap dibantah oleh manajemen PT KAM melalui Mirhan. Mirhan menyebutkan, banyak bangunan serupa milik perusahaan lain.

Pembantaian Orang Utan di Mata 2 Petinggi Pemerintahan

Masih segar diingatan, bagaimana 2 kepala daerah yakni Gubernur Kaltim Awang Farouk Ishak serta Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari yang tampil dalam pemberitaan salah satu televisi swasta nasional, memberikan pernyataan yang bertolak belakang.

Awang membantah keras adanya insiden pembantaian orang utan di Kaltim, seperti yang marak diberitakan beberapa pekan terakhir ini. Pernyataan itu dikeluarkannya menyusul hasil dari investigasi tim sejak pemberitaan marak di berbagai media. Namun, berbeda dengan Awang Farouk Ishak, Rita Widyasari membenarkan adanya pembantaian orang utan terjadi di wilayahnya.

Pernyataan kontraproduktif Awang Farouk Ishak, mendapat perhatian serius dari sejumlah warga Kecamatan Muara Kaman, yang menonton tayangan televisi kedua petinggi pemerintahan itu.

"Pernyataan Bapak Gubernur terlalu cepat. Ada apa ini? Bagaimana bisa langsung menyatakan tidak ada pembunuhan orang utan? Tapi yang pasti, tidak akan mematahkan semangat warga untuk membuktikannya," kata salah seorang warga Kecamatan Muara Kaman.

Pembantaian orang utan, memang telah menjadi perhatian banyak pihak. Tidak hanya peneliti Universitas Mulawarman Samarinda Dr Yaya Rayadin, yang telah memastikan kerangka orang utan dari Desa Puan Cepak, namun juga telah mendapat perhatian organisasi pemerhati satwa. Sebut saja di antaranya WWF Indonesia serta COP (Centre Orangutan Protection) yang meminta ketegasan pemerintah dan aparat BKSDA serta Polres Kutai Kartanegara untuk mengusut tuntas pelaku dan aktor intelektual pembantaian satwa primata itu.

Belum lagi, dokumentasi foto yang beredar selama ini, justru mengarah ke areal perkebunan sawit PT KAM. Aparat sah-sah saja menyatakan belum cukup bukti untuk mengungkap kasus tersebut. Namun setidaknya, dokumentasi foto-foto yang beredar itu, bisa dijadikan petunjuk untuk menjerat para pelaku dan aktor intelektualnya. Hanya ada satu semangat, lindungi Pongo Pygmeus Morio dari bumi Kalimantan.

Source: detiknews.com

| Free Bussines? |

0 komentar:

Photobucket